25 Kata-kata Mutiara Payung Teduh dari Lirik Lagu, Penuh Makna Tentang Kita

Payung Teduh merupakan band yang populer di Indonesia dan berdiri sejak 2007. Terdiri dari 4 orang yaitu M. Istiqamah Djamad, Comi Aziz Kariko, Ivan Penwyn, dan Alejadro Cito.

Berawal dari bermain musik diberbagai theatre, dan kemudian merilis album pertamanya tahun 2010. Banyak membawakan lagu dengan penuh khitmat, penghayatan, dan menyentuh hati kita semua.

Penasaran apa saja Kata-kata Mutiara Payung Teduh? Simak dibawah ini Memora.id rangkumkan untukmu kata-kata Mutiara Payung Teduh.

Kata-kata Mutiara Payung Teduh

Berikut kata-kata mutiara Payung Teduh

1. “Namun bila hari ini adalah yang terakhir, namun ku tetap bahagia. Selalu kusyukuri, begitulah adanya.” – Payung Teduh (Akad)

2. “Namun bila kau ingin sendiri, cepat-cepatlah sampaikan kepadaku. Agar ku tak berharap, dan buat kau bersedih.” – Payung Teduh (Akad)

3. “Bila nanti saatnya t’lah tiba, kuingin kau menjadi istriku. Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan. Berlarian kesana kemari dan tertawa.” – Payung Teduh (Akad)

4. “Namun bila saat berpisah t’lah tiba, izinkanku menjaga dirimu. Berjuang menikmati pelukan diujung waktu, sudilah kau temani diriku.” – Payung Teduh (Akad)

5. “Aku ingin melihatmu dalam gelap, yang mulai datang.” – Payung Teduh (Diam)



6. “Aku ingin menyelamimu, dalam risau yang sering datang.” – Payung Teduh (Diam)

7. “Aku ingin diam bersamamu, dalam rangkulan malam.” – Payung Teduh (Diam)

8. “Tebaran merah dilemparkan matahari. Dia bercengkrama diujung langit. Bayangan terpaku di tanah. Jiwaku tenggelam di dasar rumput.” – Payung Teduh (Diam)

9. “Matahari tertutup hujan, bukan berarti tak bersinar. Membasuh tanah tangisnya, lara pun tersapu.” – Payung Teduh (Nanti)

10. “Ulat terbang tak akan cantik. Biji bunga yang belum terbelah. Waktu adalah perias rupa. Berjalanlah berdampingan.” – Payung Teduh (Nanti)

11. “Rangkullah ruang waktu, sepasang sayap ‘kan tumbuh untukmu.” – Payung Teduh (Nanti)

12. “Waktu tak akan terlambat tiba, rayakan penantian, menjelma yang kau berikan.” – Payung Teduh (Nanti)

13. “Mungkinkah kita ada kesempatan, ucapkan janji takkan berpisah selamanya.” – Payung Teduh (Berdua Saja)

Kata-kata Mutiara Payung Teduh

Berikut kata-kata mutiara Payung Teduh

14. “Mengapa takut pada lara, sementara semua rasa bisa kita cipta.” – Payung Teduh (Di Atas Meja)

15. “Akan selalu ada tenang, di sela-sela gelisah yang menunggu reda.” – Payung Teduh (Di Atas Meja)



16. “Di tiap langkah rindu kita menghilang, penuh keraguan, lalu kita pun sungguh semakin lupa.” – Payung Teduh (Di Atas Meja)

17. “Malam jadi saksinya, kita berdua diantara kita. Yang tak terucap, berharap waktu membawa keberanian. Untuk datang membawa jawaban.” – Payung Teduh (Berdua Saja)

18. “Kita menjelma pagi pagi dingin yang dipayungi kabut, tak bisa lagi bercerita apa adanya.” – Payung Teduh (Di Atas Meja)

19. “Ketika surya tenggelam, bersama kisah yang tak terungkap. Mungkin bukan waktunya, berbagi pada nestapa, atau mungkin kita yang tidak kunjung siap.” – Payung Teduh (Kita Adalah Sisa-Sisa Keikhlasan Yang Tak Diikhlasan)

20. “Kita pernah mencoba berjuang, berjuang terlepas dari kehampaan ini. Meski hanyalah dua cinta, yang tak tau entah akan dibawa kemana.” – Payung Teduh (Kita Adalah Sisa-Sisa Keikhlasan Yang Tak Diikhlasan)

21. “Kita adalah sisa-sisa keikhlasan, yang tak diikhlaskan, bertiup tak berharap, berarah ke ketiadaan.” – Payung Teduh (Kita Adalah Sisa-Sisa Keikhlasan Yang Tak Diikhlasan)

22. “Hanya ada sedikit bintang malam ini, mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya.” – Payung Teduh (ntuk Perempuan Yang Sedang Di Pelukan)

23. “Lalu mataku merasa malu. Semakin dalam ia malu kali ini. Kadang juga ia takut, tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya.” – Payung Teduh (ntuk Perempuan Yang Sedang Di Pelukan)

24. “Di malam hari, menuju pagi. Sedikit cemas, banyak rindunya.” – Payung Teduh (ntuk Perempuan Yang Sedang Di Pelukan)

25. “Sungguh berbicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita selalu bisa membuat semua lebih bersahaja.” – Payung Teduh (Mari Berbicara)