Pendakian Gunung Api Banda

4 Kesan Tak Terlupakan Selama Pendakian Gunung Api Banda, Kaldera 640 mdpl

Dari 0 mdpl Gunung Api Banda terlihat gagah.

“Jam 9 ini kita lihat Gunung Api Banda dari bawah, jam 5 sore kita akan berada di puncak sana.”

Gunung Api Banda Lonthoir
Gunung Api Banda Lonthoir (foto Gebyar Adisukmo)

Benar saja. Pendakian gunung berbentuk kaldera 640 mdpl tersebut dimulai jam setengah 3 dengan estimasi perjalanan 2,5 jam dari pelabuhan Banda Neira. Pendakian dilakukan 4 orang yang sama sekali belum pernah tahu trek Gunung Api Banda. Tepat, Gunung Api Banda berikan kejutan luar biasa, kejutan yang tidak akan pernah terlupakan. Berikut berdasarkan pengalaman penulis, kesan tidak terlupakan dari pendakian Gunung Api Banda.

1. Hanya hutan, no bonus

Jika kalian berharap mendapatkan pemandangan yang indah selama pendakian, selamat kalian tidak akan mendapatkannya kecuali pemandangan indah di puncak. Selama pendakian hanya hutan dan hutan. Hutan bambu hingga hutan dengan kanan kiri pepohonan tidak terlalu tinggi menjadi vegetasi dari Gunung Api Banda. Sepanjang pendakian, kamu hanya melihat hutan saja dan siapkan leher kamu karena akan terus menerus melihat ke atas tanpa diberi bonus pemandangan apapun yang menarik.

2. Dari awal langsung summit dan pijakan tidak tanah

Pendakian Gunung Api Banda
Pendakian Gunung Api Banda (foto Gebyar Adisukmo)

Jika di gunung biasanya summit dilakukan saat hendak mencapai puncak, Gunung Api Banda berbeda. Gunung Api Banda langsung membuat betis kalian tegang. Summit di mulai dari awal masuk hutan. Leher akan cenderung terus menerus melihat ke atas. Summit gila di trek gila. 45 derajat no landai-landai klub akan benar-benar membuat kalian geleng-geleng sepanjang pendakian,

Jika bertanya, Gunung Api Banda memiliki berapa pos, maka jawabannya satu. Pos itu juga yang menjadi pertanda bahwa pijakan tanah akan sangat sulit ditemui saat menuju ke puncak. Waktu tempuh dari 0 mdpl ke pos satu kira-kira hampir satu jam. Sisanya kamu akan berjuang ke Gunung Api Banda dengan pijakan kerikil yang sangat licin. Jika berangkat mungkin ada pijakan batu besar, maka problem akan kamu temui saat turun. Tentu, hati-hati tingkat tinggi perlu kamu lakukan. Pijakan kerikil yang licin akan membuat perjalanan turun ke Banda Neira akan sangat memakan waktu yang lama.

3. Celana robek dan perjalanan turun malam hari

GILA! SUPER GILA! Masih tidak percaya akhirnya bisa benar-benar turun dari Gunung Api Banda. Perjalanan turun Gunung Api Banda sangat berkesan. Bagaimana tidak, kami turun dari Gunung Api Banda pukul 18.00 WITA. Sudah gelap. Trek yang dominasi pijakan kerikil membuat saya turun dengan posisi duduk dan ‘sorrr’ membawa batu-batu kerikil dari atas. Ya, seluncuran versi saya ini semakin membuat teman-teman pendakian saya merasa kesusahan cari pijakan. Kondisi malam di gunung semakin kalau dipikir luar biasa juga pengalaman kala itu.

Tidak seluncuran terus menerus kadang juga berdiri. Hanya saja beberapa momen saya terpeleset karena tidak kelihatan (tidak bawa senter) dan licinnya trek kerikil. Efeknya, celana saya (bagian pantat) tersangkut ranting pohon dan benar saja robek. Chinos kesayangan pun rusak. Pulang dengan keadaan chinos bagian belakang robek dan jatuh berulang kali membuat kesan tersendiri bagi saya. Benar, pengalaman luar biasa seperti inilah yang bakal jadi cerita menarik untuk diceritakan besok.

4. Teman perjalanan yang luar biasa

Pendakian Gunung Api Banda
Pendakian Gunung Api Banda (foto Gebyar Adisukmo)

Selain trek gila yang kecil-kecil cabe rawit, kesan yang sangat membekas dari perjalanan kali ini yakni teman perjalanan yang luar biasa. Trek gila yang sebenarnya tidak cocok untuk pemula benar-benar menyiksa saya. Teman yang luar biasa membuat saya berhasil menyelesaikan pendakian Gunung Api Banda dengan selamat. Bersama artikel ini saya ucapakan terima kasih untuk mereka.

Gebyar Adisukmo – “Thank you Ge, untuk positif vibes selama pendakian. Selalu menyemangati dan tidak menunjukkan sisi lemah yang membuat teman-teman juga turut semangat. Lagu-lagu dari Banda Neira, terutama Entah Berantah moodbooster banget sih,”

Gangsar Isworo – “Orang tersabar selama pendakian Gunung Api Banda. Sabar ngadepin orang yang senengnya ngeluh. Tidak berpaling saat saya minta naik ke atas dulu. Menemani dari awal hingga akhir. Momen tidak terlupakan saat Mas Gang menuntun saat turun dari Gunung Api Banda. Berasa kayak naik kereta api anak TK ya mas. Thank you, Mas Gang.”

Oik – “Saat hendak frustasi dan rasa sakit betis sangat menyiksa, orang ini dengan luar biasa mendorong saya dari bawah. Sepanjang perjalanan pulang juga dengan sabar menerangi jalan pulang dengan senter. Tidak mengeluh dan berusaha mengerti membuat Oik saya rasa cocok buat buka guide pendampingan Gunung Api Banda. Thank you, Ik,”

Teruntuk mereka bertiga, terima kasih untuk pengalaman hebatnya.