LPSMF

International Photography and Short Movie Festival (IPSMF) Telkom University Gelar Main Event Screening Short Movie

Penulis: Heri Setiawan

Dalam rangkaian kegiatan main event International Photography and Short Movie Festival (IPSMF) 2022 mengadakan kegiatan Screening Film yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2022 di Auditorium Bandung Creative Hub. Acara ini merupakan kegiatan pemutaran film-film yang masuk ke dalam nominasi IPSMF 2022 dengan 3 nominasi yaitu Best Fiction, Best Documenter, dan Best Cinematography.

Kegiatan yang terbuka untuk umum dengan dihadiri 70 audiens ini mempunyai tujuan untuk mengapresiasi karya-karya para nominasi terpilih. Acara Screening dibuka oleh sambutan apresiasi dari Ibu Ade Irma Susanty, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University adapun kata sambutan yang ikut disampaikan oleh Perwakilan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandung yang diwakilkan oleh Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Ibu Sri Susiagawati, SE., MM yang ikut mengapresiasi kegiatan IPSMF 2022 sebagai penyalur ide kreatif melalui fotografi dan film pendek.

Kegiatan Screening ini tentunya mengangkat tema IPSMF, yaitu “Culture Appreciation Through a Creation” yang mana merupakan sebuah tema yang mengangkat dinamika persinggungan antara perubahan global yang terjadi di era digital dan kebudayaan yang hadir di tengah masyarakat dan masa depan adalah bagian dari kebudayaan. Berdasarkan tema acara “Culture Appreciation Through a Creation”, IPSMF mengangkat sub-tema dalam perlombaan pada photography dan short movie, yaitu Social Culture, Digital Culture, dan Unity Diversity.

Dari tema dan tujuan tersebut, IPSMF dapat memilih film-film dengan karya terbaik dan dapat dijadikan nominasi serta dipertontonkan kepada publik. Dari total keseluruhan pendaftar Short Movie yang mencapai 3.306 karya, ada 9 (sembilan) film pendek yang terpilih dan diputar dalam kegiatan Screening dengan 3 (tiga) nominasi yang berbeda.

Diawali pemutaran film nominasi Best Fiction dengan judul pertama “BASIYAT” dari Indonesia oleh Production House SINEMADURA yang menceritakan mengenai wasiat untuk memandikan jenazah dengan anggur atau wine yang bertentangan dengan adat dan syariat, kemudian film kedua “BENALU” yang juga merupakan karya anak bangsa oleh Production House Film Gimbal yang menceritakan tentang seorang ibu yang selalu mendukung mimpi anaknya walau mendapat caci maki dari suaminya sendiri dan bertahan demi keutuhan keluarganya, serta “The Rat’s Angel” berasal dari Italia oleh Production House PREM1ERE Film yang bercerita mengenai seorang jaksa bernama Carmelo yang hidup secara sembunyi-sembunyi bersama putranya dimana pada suatu malam Carmelo dan putranya diancam untuk dibunuh jika tidak keluar dari tempat persembunyian.

Pada nominasi Best Cinematography dimulai dengan film pertama berasal dari negara Prancis “THE ELEVATOR” karya Jiang Dong yang menceritakan tentang seorang ayah yang sakit parah tinggal di lantai enam bersama putranya, yang memiliki dua kaki lumpuh. Agar putranya bearaktivitas mandiri setelah kematian ayahnya, sang ayah menghubungi pemilik lain dan mencoba membujuk mereka untuk memasang lift.

Tetapi karena sistem veto satu suara, lift tidak dapat dipasang. Ayahnya tidak punya pilihan selain menggunakan uang itu untuk berobat untuk menukar rumah dengan penghuni di lantai satu. Setahun kemudian, sang ayah meninggal dunia, dan gagasan untuk memasang elevator kembali dimunculkan. Selanjutnya “THE FEES” berasal dari negara Indonesia karya Production House Raya Media Creative dengan alur cerita dari tokoh utama Ocir dan Joni sedang menangani proyek video pariwisata dari pemerintah daerah yang membuat mereka jatuh ke dalam perangkap korupsi kelembagaan.

Film terakhir dari nominasi Best Cinematography adalah “Waiting For Your Phone Call” berasal dari negara Indonesia dengan jalan cerita yang menceritakan tokoh Yono, seorang ayah yang buta teknologi yang memiliki anak laki-laki, Suryo yang merantau jauh di kota, sangat ingin mendapatkan dan mengabari anaknya melalui sambungan telepon namun mengalami kesulitan ketika merasa ponselnya rusak karena tidak ada jawaban dan kabar dari Suryo yang harus membawa ponselnya untuk diperbaiki, yang mengungkapkan fakta bahwa dia dan putranya memiliki hubungan yang renggang..

Terakhir, pemutaran short movie nominasi Best Documenter yang diawali dengan film “The Marshes of Iraq” karya Ali Mohammed al Hamami dari Iraq yang menampilkan cerita mengenai penghuni rawa dan tanah mereka, bagaimana gaya hidup otentik mereka telah dipengaruhi oleh perubahan iklim yang mengancam keanekaragaman hayati yang langka, terutama kerbau air Irak, yang merupakan sumber ekonomi terpenting bagi mata pencaharian orang Arab rawa, masih dari negara Iraq ada Edris Abdi & Aware Omer dengan karya “Laboratory NO.2” yang menceritakan kisah seorang lelaki tua yang telah bekerja di departemen otopsi Ilmu Kedokteran Universitas Sulaimaniyah selama 14 tahun.

Selama 14 tahun ini, dia mengerjakan mayat. Dia akhirnya pensiun dan mengambil keputusan yang tidak biasa. Film terakhir adalah “Secrets Of Bukhara” berasal dari negara Bulgaria menceritakan kisah tentang salah satu kota di jalur sutra besar, Bukhara di Uzbekistan. Film pendek ini memperlihatkan beberapa kerajinan sutra kota dan bagaimana beberapa orang berusaha melestarikannya dan mewariskannya ke generasi berikutnya.

Setelah screening berakhir IPSMF juga mengadakan kuis berhadiah seputar event IPSMF yang di sponsori oleh Airin Beauty Clinic dan Jonas Photo. Acara ini berlangsung lancar dan meriah, karena keseruan yang diciptakan oleh penyelenggara untuk selalu dapat berinteraksi dengan para audiens hingga mengadakan quiz berhadiah. Dengan adanya kegiatan Screening ini, IPSMF 2022 sebagai sebuah ajang Internasional dapat menjadi wahana bertukar pikiran bagi sesama peminta foto dan film, yang dimana para peserta atau pendaftar dari mancanegara dan berbagai daerah Indonesia ini diharapkan dapat membawa gambaran menarik mengenai budaya dan dinamika perubahan yang terjadi di bangsanya.