DHI atau Direct Hydrocarbon Indicator merupakan respon yang di tunjukan pada penampang seismik dengan parameter anomali amplitudo bernilai tinggi. Pada umumnya anomali tinggi menunjukkan keberadaan gas yang terakumulasi pada formasi batupasir atau formasi lainnya. Secara khusus, amplitudo dengan nilai tinggi pada seismik menunjukan penurunan impedansi, hal ini disebabkan oleh penurunan yang besar pada Modulus Bulk yang terdapat pada fuida pori, sebagai gas bebas yang terkompresi dibandingkan dengan minyak dan air. Berdasarkan keberadaan saturasi gas pada reservoir, anomali amplitudo dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Bright Spots
Bright spots merupakan anomali amplitudo kuat dengan koefisien refleksi yang negatif (-ve Rc ), dan kebanyakan dihubungkan dengan gas pada reservoir batuan pasir, ditutupi oleh batuan serpih. Pada kondisi geologi dimana batuan yang tersaturasi air memiliki kecepatan dan densitas (e.g. 2300 m/s, dan 2,2 g/cm3) akan mendekati dengan batuan serpih yang melapisinya (e.g. 2100 m/s, dan 2,3 g/cm3), respon refleksi akan menampilkan aplitudo bernilai rendah yang diakibatkan oleh kontras impedansi positif yang kecil (+Rc). Ketika batuan pasir tersaturas oleh gas, kecepatannya sangat menurun (e.g. hingga 1600 m/s), disebabkan oleh kontras impedansi negatif yang signifikan pada batas antar lapisan (Gambar 1).
Hasil tersebut akan membentuk amplitudo yang cerah pada bagian atas dari gas batuan pasir. Berdasarkan gambar skematik yang digunakan, pada saat ada kehadiran kontak gas dan air, batuan serpih dan air pada antarmuka batuan pasir pada sisi – sisi akan menunjukkan refleksi polaritas bernilai positif yang lemah (+Rc), dimana pada bagian kontras, reservoir gas pada bagiam krestal, diatas kontak, akan menunjukkan refleksi yang cerah dengan polaritas terbalik (-ve Rc). Gambaran seismik pada brigth spot dengan minyak pada batuan pasir ditunjukkan pada Gambar 2.
2. Dim Spots
Dim spots merupakan amplitudo rendah dengan koefisien refleksi positif, sering dihubungkan dengan gas yang terdapat didalam reservoir karbonat. Batuan gamping yang tersaturasi air umumnya menunjukkan kecepatan yang lebih besar (~3400 m/s) dibandingkan dengan batuan serpih sebagai penutup (~2600 m/s) dan memperlihatkan refleksi amplitudo yang tinggi dengan polaritas positif (+ve Rc). Akibat peresapan oleh gas, kecepatan pada batuan karbonat akan sangat berkurang (e.g. 2900 m/s), dimana kontras impedansi berkurang dan membentuk refleksi pada bagian atas reservoir karbonat dengan aplitudo yang lemah, seperti yang diilustrasikan pada diagram Gambar 3.
Namun koefisien refleksinya tetap bernilai positif. Gambaran seismik untuk dim spot dijelaskan pada Gambar 4.. Dim spots umumnya berasosiasi dengan batuan katbonat bersaturasi gas, dapat juga berasosiasi dengan reservoir batu pasir. Impedansi tinggi batuan pasir yang lebih tua memiliki kecepatan yang lebih tinggi (e.g. 3400 m/s) dan ditutupi oleh serpih, dengan kecepatan yang lebih rendah (~2800 m/s), ketika tersaturasi oleh gasyang menyebabkan dim spots.
3. Flat Spots
Flat spots merupakan anomali dengan respon aplitudo yang sangat besar, refleksi horizontal yang berasosiasi dengan kontak gas – air dan menunjukkan refleksi dengan polaritas positif (Gambar 5 dan Gambar 6). Ini merupakan kasus yang unik dimana pola refleksi tidak berkaitan dengan litologi tetapi pada kontak fluida, dan kontras impedansi menjadi terpengaruh oleh densitas fluida (gas dan air). Namun, terlokalisasi, mendekati horizontal, terkadang pasir yang tersaturasi air juga menunjukkan flat spots. Salah satunya seperti refleksi bernilai positif dengan amplitudo yang cerah, yang disimpulkan sebagai flat spot, pada pengeboran ternyata palsu, sebagai pasir tersaturasi air. Kontak fluida, tidak selalu terbentuk horizontal secara dipenden pada kondisi hidrodinamik, sebagai konsekuensinyakontak asli terlihat sebagai miring tetapi refleksi bernilai positif dengan perangkap yang diabaikan.
Anomali amplitudo diketahui muncul ketika beberapa alasan seperti pergantian litologi, geometri reflektor, efek thin-bed tuning, efek perambatan, interferensi pada pemantulan, dan gangguan (noise). Konsekuensinya, amplitudo secara independen tidak dapat dijadikan kriteria penentu sebahai indikasi hidrokarbon
DAFTAR PUSTAKA
Hanssen, Peter. 2011. Passive Seismic Method for Hydrocarbon Exploration. Athens. Third Passive Seismic Workshop – Actively Passive! 27-30 March 2011, Athens, Greece.
Nanda, N.C., 2016. Seismic Data Interpretation and Evaluation for Hydrocarbon Exploration and Production. Switzerland. Springer International Publishing.
Perbawa, Andika., Danar Yudhatama dan M. Aidil Arham. 2013. Application of Low / Frequency Passive Seismic Method for Hydrocarbon Detection in S Field, South Sumatra Basin. Medan. HAGI-IAGI Joint Convention.