Cerpen: MAAF….

[merupakan cerita cuplikan di novel Jejak Langkah yang Kau Tinggal yang terbit 2016 oleh Penerbit Ellunar]

Jika kalian ditanya siapa wanita terkuat di bumi ini, kalian menjawab wanita dengan ciri-ciri bagaimana kah ? Apa wanita yang berjuang melahirkanmu ? Apa wanita yang berjuang siang dan malam mencari uang untukmu ? Apa wanita yang selalu menunggu seseorang yang tak pernah mengerti kata menunggu ? Apa wanita yang rela menjual diri untuk mencukupi kehidupan ? Jika itu yang kalian pikirkan saat ditanya pertanyaan wanita terkuat dibumi, aku menjadi orang pertama yang menyangkal bahwa segala alasan diatas yang diawali kata apa itu salah, ada yang lebih kuat, ada yang lebih menderita, kau tau wanita yang seperti apa ?

Aku punya tantangan untuk kalian, pertama sobek lah kertas pada buku tulismu, lalu pandangi terlebih dahulu kertas tersebut, lalu berikan tulisan terindahmu disana, tulislah mimpi-mimpi disana, entah kalian ingin jadi pilot, ingin jadi guru, ingin jadi pengacara atau mulailah dari yang sederhana, semisal dapat mencintai orang yang sama dengan waktu yang selama-lamanya. Sudah kau lakukan ? Bagus teman. Sekarang coba pandangi lagi, indah bukan kata-kata yang kau rangkai, mimpi-mimpi yang kau impikan. Sudah terbang belum ? Ku yakin awan-awan sudah membawa kalian terbang bebas dipemikiran kalian masing-masing. Lalu sekarang coba taruh kertas itu ditelapak tanganmu, jika sudah, tutup perlahan jari-jemarimu sampai kertas itu mulai terlipat dan mulai berantakan. Sekarang coba remas-remas kertas tersebut, dan potongi kecil-kecil kertas tersebut. Bagaimana sudah kalian lakukan ? Jika sudah lempar kertas itu ke atas, lalu pandangi lagi. Apa yang kalian rasakan ? Aku rasa kalian masih belum mengerti maksudku, oke sekarang coba buka kertas yang sudah terpotong dan berantakan tadi, coba lihat kata-kata yang kau tulis tadi, tentang mimpi-mimpimu. Apakah kau bisa membaca tulisan yang telah hancur tersebut kawan ?

Itulah gambaran wanita terkuat dibumi, terhebat, dan terluar biasa. Bolehkah aku menangis sekarang ? Wanita itu aku. Aku dan anak ku (sembari memegang perut). Kau tau rasanya hidup ingin tak berjalan tapi kau masih ingin melanjutkan petualangan ? Itu sakit. Pernakah kau merasa kau sendiri untuk melalui masa depan setelah orang yang merengek-rengek kepadamu meminta sesuatu lalu kau mengabulkannya kemudian setelah dia berhasil, orang itu pergi, kalian pernah semacam itu ? Bagaimana rasanya ? Sakit. Masa depanku seperti tak ada masa depan lagi. Aku ketakutan. Orang yang menghamili ku pergi ketika aku berkata “aku hamil”. Aku punya orang tua, tapi apa kata mereka jika mereka tau aku hamil padahal aku masih memakai seragam sekolah, masih diberi uang jajan ketika aku berangkat sekolah, dan aku masih diingatkan segala hal oleh mereka. Apa yang harus aku lakukan ? Aku takut, aku bingung, aku tidak mau hari esok, aku ingin berhenti, aku ingin mati.

Nak, kamu kuatkah didalam sana ? Ibu ingin berhenti.

……………….

Aku memang belum punya tangan ataupun kaki untuk menghibur ibu ku, masih kepala yang agak tergabung dengan badan, aku rasa bukan badan, karena memang bentuk diriku belum terbentuk, aku masih sangat muda, ya sangat-sangat muda.

Ibu, tangan ibu halus ketika memegangi ku dalam perut ibu, aku jadi tak sabar untuk ketemu ibu, pasti ibuku hebat. Tapi mengapa akhir-akhir ini sering terjadi goncangan hebat disini sih bu ? Apa ibu menangis ?

Ibu jangan menangis, aku janji gak akan nakal bu, aku akan tetap diam gak bergerak dan gak rewel minta makan ini itu bu, aku janji. Terus untuk kata-kata ibu, yang mengharuskan aku kuat, terima kasih bu, semakin hari aku semakin kuat, aku tidak sabar ingin punya tangan dan kaki bu. Aku juga tidak sabar ingin ketemu ibu.

………………….

Semakin hari perut ini makin membesar, dan orang sekitar mulai bilang bahwa aku gendutan. Aku tersenyum dibalik kata-kata mereka. Betapa perihnya senyum itu, senyum tangisan yang luar biasa deras didalamnya andai mereka bisa tau. Ibu ku sendiri menanggapi aku yang semakin gendut hanya tersenyum dan bilang, makannya dikurangi nak . Aku tersenyum sekali lagi, dan menangis juga untuk yang ke ribuan kali. Ya aku memang pintar menyembunyikannya, aku selalu makan dikamar dengan porsi yang besar, tapi apa aku selalu membuang nya melalui jendela kamar ku, kau tau aku sebenarnya tidak mau makan, yang didalam perutku selalu menolak diberi makan, aku selalu muntah. Aku juga mulai ingin yang aneh-aneh,semisal waktu tengah malam aku ingin rujak, yang kemudian hanya aku indahkan saja. Kau tau ? Ini menyiksa!

Sambil memegangi perutku, aku menangis lagi, sangat deras. Handphone ku yang kupegang sekarang sangat sepi, ribuan sms sudah aku kirimkan ke orang yang merengek-rengek meminta badanku dulu, sama sekali tak dibalasnya.

Bagaimana ini, perutku mulai membesar.

Bagaimana…

Bagaimana…

Nak, kau kuat didalam sana ? Ibu ingin berhenti…

…………………..

Ibu menangis lagi ?

Sudah bu jangan menangis, aku mau cerita bu, sekarang aku mulai membesar, aku juga udah bisa bergerak. Aku kuat bu, seperti yang selalu ibu katakan, bahwa aku anak yang kuat.

Ibu, bentar lagi aku bisa ketemu ibu, aku janji aku akan kuat bu, kuat.

…………………………….

Nak, kabarmu gimana ? Besok ayahmu menjemput ibu. Ibu sudah tidak menangis lagi. Orang tua ibu, kakek nenek mu besok mau ibu kasih tau kalau ibu punya kamu, pasti mereka bahagia.

Aku menangis sambil mengelus perutku. Lega bercampur tidak ingin hari esok menjadi kolaborasi yang hebat malam ini. Sms mas Hendra yang mau menemui ku besok cukup membuatku tersenyum dalam tangisku malam ini. Entah apa yang terjadi esok, ketika aku bilang aku hamil didepan orang tua ku. Aku tidak ingin tidur. Aku tidak mau hari esok. Aku tidak mau air mataku berhenti mengalir. Aku ingin terjaga. Aku ingin waktu tak berjalan. Aku tak ingin orang tua ku esok merasa kecewa karenaku.

……………………

Ayah besok menjemput ibu ? Hore akhirnya ayah akan memegangku untuk pertama kali dalam perut ibu. Aku senang sekali bu. Oh ya aku semakin hari semakin kuat bu. Jagoan bukan anak ibu ini ?

………………………

Aku tak tau ini tempat macam apa, mas Hendra berbohong kepadaku. Mas Hendra mau ke rumah sakit memeriksa kan bayi yang ada dikandunganku, tapi apa ini bukan rumah sakit. Aku menangis memandangi orang yang ada disekitarku. Aku ingin menolak tapi mulutku bungkam.

“Ahhh mas Hendra sakit !!!”

Alat tajam itu seperti meraih jiwa lainnya dari jiwaku. Aku sudah tak kuat, aku ingin terpejam, hanya kata maaf maaf yang terucap dalam batinku sambil terus menangis dan menangis.

………………..

“Ibuuuuuu, alat apa ini, sakit buuuu!! Ibu, kakiku ditarik tarik alat ini, sakit bu, sudah hentikan, tolong aku bu, kini bagian-bagian tubuhku mulai tak berbentuk bu. Ibu sakit aku sudah tak tahan, ibuuuu maaf aku tak berhasil kuat bu, ibuu maaf”

…………………

Aku tak percaya dengan perkataan teman-teman ku disurga bahwa yang membawaku kesini ialah ibuku sendiri yang menggagalkanku hidup didunia. Aku tak percaya, pasti mereka hanya bercanda.

Kau tau, ibu ku luar biasa baik, dia selalu mengelus dan mengusap-usapku sepanjang hari. Dia selalu membisikan kata kuat padaku. Dia selalu menyebutku jagoan. Dia selalu ingin aku cepat berada disampingnya.

Tapi mereka yang disini tak percaya bahwa ibu ku seperti itu, mereka berkata ibu ku jahat, ibu ku jahat, dan ibu ku jahat. Tidak! Ibu ku baik!

Bukan ibu yang membuatku gagal menemani nya, itu karena ada alat yang tajam yang membuatku ada disini.

Ibu, maaf aku tak sekuat ibu, dan tolong bu, balaskan ke alat tajam itu, dia telah membunuhku bu, jagoan ibu.

Ibu, Maafkan jagoanmu….

………………..

“Haruskah aku percaya pada laki-laki lagi ?” air mata perlahan keluar dari mataku. Ku pegang perutku, datar, tidak berisi.

Maaf

Maaf

Maaf, aku tak percaya dengan laki-laki lagi.