Cerita Horor Gunung Lawu: Melihat Perempuan Berbaju Putih di Persimpangan Pos 4 (Part 1)

Cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi saya saat masa pandemi berlangsung. Dengan tujuan kepentingan penyematan anggota organisasi pecinta alam, kami bepergian mendaku gunung Lawu. Tidak ada maksud menakuti atau meminta pembaca sekalian untuk percaya dengan hal mistis. Saya hanya sekedar membagi pengalaman yang kami alami. Jalur yang kami pilih untuk mendaki gunung Lawu yakni Via Candi Cetho

Berangkat dari Yogyakarta pukul 00.00 dan sampai di basecamp jam 02.00. Kami memilih tidur sejenak untuk melepas lelah sebelum mendaki di pagi hari. Kami memulai pendakian dengan 13 orang anggota (10 laki-laki dan 3 perempuan) pukul 9.00 dari Pos 1.

Tidak ada yang aneh saat kami mulai mendaki karna masih pagi hari, dengan target kami mendirikan tenda di Pos 5 saat sore hari. Pada tiap pos dan beberapa spot selama jalur pendakian terdapat tempat untuk dupa oleh masyarakat sekitar.

Karna satu dua hal mendaki bersama teman yang punya masalah perut akibat sarapan, perjalanan kami sedikit terhambat. Dan kami baru sampai di pos 4 jam 5 sore, sedangkan langit sudah mulai gelap.

Ada anggota kami yang menyarankan untuk membangun tenda di Pos 4. Tetapi apalah daya kami yang lebih mementingkan saran dari penjaga retribusi bahwa hanya dianjurkan mendirikan tenda di pos 3 atau pos 5, halo itu dikarenakan pos 4 terkenal angker. Benar saja hawa di Pos 4 sangat berbeda dari pos sebelumnya, dan di sana hanya terdapat sedikit daerah landai, sulit untuk mendirikan tenda.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan, hingga matahari terbenam dan kami putuskan beristirahat sejenak. Setelah itu, mulailah kami merasakan perasaan tidak enak. Saya yang selalu berada di barisan tengah menyadari sulitnya perjalanan dengan menggunaan headlamp di kepala terutama bagi pembuka jalan dan anggota dipaling belakang. Lama kelamaan kabut mulai turun, mulai gerimis, hingga hujan.



Hingga tiba anggota perempuan kami buang air kecil agak jauh dari jalur pendakian, setelah dia selesai saya melihat sesosok hitam besar yang mengikutinya dari kejauhan. Sosok hitam besar tersebut terlihat jelas dengan mata saya hingga bulu kuduk berdiri. Namun untungnya, sosok hitam besar tersebut tidak mengganggu dan saya biarkan saja serta tak bercerita ke kelompok.

Di saat sosok hitam besar masih mengawasi, saat itulah malah terjadi perdebatan karena percabangan jalan yang cukup membuat kami bingung, ada 2 percabangan. Ke kiri kearah teman saya Y dan ke kanan melompati batang pohon ke arah teman saya M.

Kami masing2 memberikan pendapat karena kondisi hujan cukup lebat saat itu dan kondisi begitu gelap, sedangkan penerangan hanya menggunakan headlamp saja. Seketika saat Y ingin mengecek jalurnya lebih jauh, R ikut menemaninya. Jadi ada 2 orang yang memegang senter.



Seketika di sana ketika mereka mengarahkan senter kebawah, di situlah saya melihat adanya sosok wanita mengenakan baju putih panjang dengan rambut panjang menutupi mukanya, wanita itu bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti orang senam saat kami berdiskusi. Wanita tersebut yang terus bergoyang ke kanan ke kiri membuat saya awalnya kaget. Setelah itu, saya yang notabenenya tidak takut akan hal hal seperti itu karena sudah terbiasa malah tertawa melihat perempuan berbaju putih tersebut, hingga teman saya menegur dan saya pun berhenti tertawa.

Saya tidak bercerita saat itu tentang apa yang saya lihat tetapi keputusan kami akhirnya mengarah ke kanan jalur M melompati batang pohon. 30 menit kemudian pukul 19.00 kami tiba di Pos 5 dan mendirikan tenda. Dalam hati saya perempuan berbaju putih tersebut seakan memperingatkan kami bahwa jalur Y adalah jalur yang salah, kami bersyukur. Anggota kami yang menyusul 2 orang juga tiba 15 menit setelah kami (padahal mereka mendaki pukul 13.00). Perjalanan yang amat lama dan mungki itu seninya dari perjalanan mendaki gunung. Keren kan? Gak cuma sosok hitam besar dan perempuan berbaju putih, masih ada sosok yang terlihat oleh mata saya di Gunung Lawu? Penasaran? Lanjut part 2.