Tahapan dan Parameter Akuisisi Seismik Refleksi


Salah satu metode untuk mengetahui hidrokarbon di bawah permukaan adalah seismik refleksi, Seismik refleksi memanfaatkan hasil pantul dari bidang batas perlapisan. Ada 3 tahapan dari seismik refleksi meliputi akuisisi, pengolahan data dan interpretasi. Adapun penjelasan 3 tahapan tersebut seperti di bawah ini.

1.   Akuisisi Data Seismik

Akuisisi data seismik adalah pekerjaan pengambilan data di lapangan. Menggunakan peralatan seismik refleksi seperti dinamit, geophone dll, diharapkan mampu memperoleh gambaran bawah permukaan secara baik. Namun untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan penentuan parameter-parameter lapangan yang cocok dari suatu daerah penelitian.

2.   Pengolahan Data Seismik

Data seismik yang direkam ke dalam pita magnetik adalah hasil dari tahapan akuisisi seismik. Setelah itu data rekam tersebut diproses di pusat pengolahan data seismik. Tujuan dari pengolahan data seismik adalah menghasilkan penampang seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi. Alhasil bisa dapat dihasilkan sebuah penampang yang dapat menggambarkan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti keadaan sebenarnya.

3.   Interpretasi  Data Seismik

Interpretasi data seismik menjelaskan arti geologis pada suatu data seismik. Interpretasi dilakukan dengan mengaitkan data seismik (dengan resolusi lateral) dengan data lain, contohnya data sumur (dengan  resolusi  vertikal),  sehingga  kondisi  bawah  permukaan dapat dijelaskan dengan baik dan berdasarkan bukti yang nyata. Pada tahapan ketiga inilah, bisa diketahui posisi mana yang potensial terdapat anomali yang diincar.

Ilustrasi penjalaran gelombang seismik dari sumber ke penerima (Sukmono, 1999)

Parameter Akuisisi Data Seismik

Rekaman Data Seismik (Sun and Bancroft, 2001)

Akuisisi data seismik ialah tahapan survey guna mendapatkan data seismik berkualitas baik di lapangan. Sebagai tahap terdepan dari serangkaian survei seismik, data seismik yang diperoleh dari tahapan ini akan menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya. Sehingga, dengan data yang baik akan membawa hasil pengolahan yang baik pula, dan pada akhirnya, dapat dilakukan interpretasi yang akurat, yang menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana mestinya.

Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan berbagai macam persiapan, penentuan parameter-parameter lapangan yang sesuai. Penentuan parameter lapangan tersebut umumnya tidak sama, sesuai karakteristik dan kondisi daerah lokasi survey. Perlunya penentuan parameter ini dimaksudkan untuk menetapkan parameter awal dalam suatu rancangan survey akuisisi data seismik, yang dipilih sedemikian rupa, sehingga dalam pelaksanaannya akan diperoleh informasi target bawah permukaan selengkap mungkin dengan noise serendah mungkin.

Dalam eksplorasi hidrokarbon pada khususnya, sebelum melakukan akuisisi data, perlu untuk menentukan target yang akan dicapai, mengidentifikasikan terlebih dahulu permasalahan yang mungkin terjadi. Paling tidak ada delapan permasalahan yang perlu diselesaikan, antara lain :

1.         Kedalaman target

2.         Kualitas refleksi batuan

3.         Resolusi vertikal yang diperlukan

4.         Besar kemiringan target tercuram

5.         Ciri-ciri jebakan hidrokarbon sebagai target

6.         Permasalahan noise yang khusus

7.         Permasalahan logistik tim

8.         Kemungkinan adanya suatu proses khusus yang diperlukan

Dari permasalahan tersebut, akan menentukan nilai dari parameter-parameter yang akan digunakan. Terdapat 15 parameter utama lapangan yang akan mempengaruhi kualitas data seismik, yakni,

  1. Offset Terjauh (Far Offset) adalah jarak antara sumber seismik dengan sensor penerima/receiver terjauh, yang didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling dalam.
  2. Offset Terdekat (Near Offset) adalah jarak antara sumber seismik dengan sensor penerima terdekat, didasarkan pada pertimbangan kedalaman sasaran paling dangkal.
  3. Group Interval adalah jarak antara satu kelompok sensor penerima/receiver dengan kelompok penerima berikutnya, dimana satu kelompok memberikan satu trace seismik sebagai stack/superposisi beberapa sensor penerima.
  4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size) adalah sumber seismik umumnya menggunakan peledak/dinamit atau vibroseis truck (untuk survey darat), atau air gun (untuk survey laut). Ukuran sumber seismik menyatakan ukuran energi yang dilepaskan oleh sumber seismik, yang disesuaikan dengan kedalaman target dan kualitas data yang baik yang dapat dipertahankan.
  5. Kedalaman Sumber (Charge Depth) adalah sumber seismik sebaiknya ditempatkan di bawah lapisan lapuk, sehingga energi sumber seismik dapat ditransfer secara optimal ke dalam sistem pelapisan medium di bawahnya.
  6. Kelipatan Cakupan (Fold Coverage) adalah merupakan jumlah suatu titik di bawah permukaan yang terekam oleh perekam di permukaan. Semakin besar kelipatannya, maka kualitas data akan semakin baik.
  7. Laju pencuplikan (Sampling Rate) adalah laju pencuplikan akan menentukan batas frekuensi maksimum seismik yang masih dapat direkam dan direkontruksi dengan baik sebagai data, dimana frekuensi yang lebih besar dari batas akan menimbulkan aliasing.
  8. Tapis Potong Bawah (Low-Pass Filter) adalah merupakan filter pada instrumen perekam untuk memotong amplitudo frekuensi gelombang seismik/trace yang rendah.
  9. Frekuensi Perekam adalah merupakan karakteristik instrumen perekam dalam merespon suatu gelombang seismik.
  10. Panjang Perekaman (Record Length) adalah merupakan lamanya waktu perekaman gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman sasaran.
  11. Rangkaian Penerima (Receiver Group) adalah merupakan suatu kumpulan instrumen sensor penerima/receiver yang disusun sedemikian hingga, sehingga noise dapat diredam seminimal mungkin.
  12. Panjang Lintasan adalah panjang lintasan survey ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target di bawah permukaan terhadap panjang lintasan survey di permukaan.
  13. Larikan Bentang Penerima (Receiver Array) adalah bentang penerima menentukan informasi kedalaman rambatan gelombang seismik, nilai kelipatan cakupan, dan alternatif skenario peledakan sumber seismik, seperti ketika lintasan melalui sungai yang lebar.
  14. Arah Lintasan adalah arah yang ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan terhadap target.
  15. Spasi Antar Lintasan adalah jarak antar satu lintasan ke terhadap lintasan yang lain.