Cerpen Senja Gurau

Itulah nama yang diberikan pemilik ku untuk ku. Aku merupakan sebuah cafe di sudut kota, yang banyak orang bilang kota pelajar. Aku selalu ramai, terutama saat senja. Pemilik ku punya inovasi, bahwa setiap senja, makan dan minum di kafe ini diskon 50 % dari jam 5 sore sampai jam 6 sore. Itulah mengapa nama kafe ini senja Gurau. Karena waktu yang paling pas untuk bergurau ialah senja.

            Namun akhir-akhir ini sering tejadi perbincangan di belakang pengelolaan kafe, tentang orang gila yang sedang berbicara sendiri saat jam senja, yang membuat beberapa orang pelanggan Senja Gurau menjadi sedikit terganggu.

            “Lebih baik apabila orang itu datang lagi, diusir saja”

            “Jangan, lebih baik selepas dia pulang nanti dibilang saja jangan kesini lagi”

            Perbincangan-perbincangan seperti itu terus ku dengarkan dibalik pengelolaan Senja Gurau. Sehingga aku penasaran dengan orang yang dibilang gila ini, apa yang sebenarnya ia lakukan disini. Dengan selalu memesan minuman dua gelas, padahal ia tidak ada lawan bicara didepannya.

………..

            Sudah dua hari ini aku berkunjung ke Senja Gurau. Kafe ini cukup unik dan selalu memberi diskon 50% dijam senja. Aku pun sering kesini. Namun akhir-akhir ini banyak mata yang melihatku seolah berkata aku aneh. Aku tidak aneh, aku disini sedang berbicara dengan sesorang yang mungkin orang itu tidak bisa kalian lihat. Ini percakapan penting. Dianya sendiri yang menentukan tempat dia mau cerita yaitu di kafe Senja Gurau ini. Dia bernama Winda.

            Aku bertemu Winda tiga tahun yang lalu secara tidak sengaja di kafe ini, Senja Gurau. Saat itu aku sedang rapat dengan organisasi keilmuan di kampusku. Rapat yang saat itu belum dimulai karena menunggu beberapa anggota yang belum datang, tiba-tiba Winda yang saat itu belum ku kenal berada dibalik kursiku. Aku yang tidak nyaman dengan keadaan saat itu, tak sungkan untuk menegurnya.

            “Bisa tidak jangan disitu”

            “Stttt sebentar saja, aku lagi kabur dari orang”

            Melihat dia punya keperluan, aku berusaha bertahan dikondisi seperti itu, kadang-kjadang aku malah membantunya menyembunyikan diinya dari orang yang mencari nya. Kondisi seperti itu bertahan sampai rapat selesai. Setelah dikira cukup aman dan orang-orang yang rapat sudah pulang baru Winda bisa duduk tenang dihadapanku. Saat itu aku bisa melihat wajahnya dengan seksama. Rambutnya sedikit pirang, dengan mata yang sedikit sayu dan rambut lurus. Dan ku simpulkan, dia cantik. Setelah agak tenang, ia memesan jus alpokat campur jus jeruk. Aku sedikit bertanya tentang, mengapa jus alpokat harus dicampur dengan jus jeruk, jawabnya singkat, karena dia suka. Setelah pesanan Winda datang dan Winda meminumnya sampai habis, Winda baru mulai cerita mengapa ia sampai harus bersembunyi seperti itu tadi.

            “Yang mengejar aku tadi, calon suamiku”

            “Lalu mengapa kamu menghindar?”

            “Aku tidak suka”

            “Aku di jodohkan” tambah Winda.

            Aku hanya terdiam setelah itu. Ada beberapa detik tanpa percakapan, sebelum aku mengangkat tangan untuk memesan minuman agar lebih rileks mendengarkan cerita Winda selanjutnya.

            “Mas pesan, Jus Alpokat mixed sama Jus Jeruk ya”

            “Kok sama?” tanya Winda.

            “Penasaran” ucapku sambil tersenyum kepadanya. Kemudian Winda melanjutlan ceritanya. Saat itu aku tahu bahwa Winda merupakan anak satu-satunya dari keluarga yang Ayahnya bekerja sebagai satpam di salah satu rumah sakit terkemuka dikota ini.  Calon suami Winda merupakan anak dari pemilik rumah sakit ini, yang mengancam apabila perjodohan ini tidak terjadi maka Ayahnya akan dipecat. Winda pun tidak semerta-merta mengiyakan perjodohan ini. Winda pun tidak mau dan lebih memilih melarikan diri dari perjodohan. Sampai akhirnya ia memilih untuk bersembunyi di balik kursiku di Senja Gurau.

            “Lalu selanjutnya kamu mau tinggal dimana?” ucapku sambil menikmati jus alpokat campur jus jeruk didepanku.

            “Aku tidak tau”

            “Boleh aku menginap di tempat mu?”

            Aku saat iu tersedak mendengarkan ucapannya. Aku bingung. Sebenarnya tidak apa-apa menginap di kosan ku, karena notabene kosan ku juga kosan bebas. Wanita sering bebas masuk di kosanku.

            “Sampai berapa lama?”

            “3 hari. Aku janji habis 3 hari, aku akan pergi”

            Tanpa ku tanya setelah itu mau pergi kemana, aku iyakan saja, dengan syarat dia harus menggunakan topi dan baju longgar supaya dikira cowok, karena dikosanku, aku memang di cap sebagai anak alim sehingga aku tidak ingin mencoret image ku di kos. Dia pun setuju.

            Sesampainya dikos, awalnya aku canggung dengan dia. Kami tidak banyak cerita kecuali, ku tawarkan kalau dia haus silakan ambil mnum di dispenser. Selebihnya dari itu aku lebih memilih langsung tidur dengn membelakangi dia. Dia pun ku kira juga membelakangiku. Aku cukup gugup inilah malam pertama aku tidur dengan wanita. Malam pun berlalu cukup cepat dengan aku membelakanginya dan tak terasa esok pagi mulai menyapa kita berdua.

            Tak kusangka pagi ini, kami merasa lebih akrab. Aku sering menceritakan kebiasaanku, makanan kesukaanku dan lain-lain. Si Winda pun juga begitu, menceritakan hal-hal yang ia sukai dan berbagai macam ceritanya. Makan siang dan makan malam pun ia ku bawa ketempat makan favoritku sambil terus bercerita tentang kepribadian kita masing-masing, sampai suatu ketika aku merasa, ada kecocokan antara aku dengan Winda. Menginjak malam, ada yang aneh aku rasakan. Aku seperti candu melihat wajah Winda. Aku pun berusaha untuk menepis kecanduan ittu.  Tidur, aku berusaha terus membelakanginya. Sampai suatu saat aku benar-benar tidak bisa menahan candu melihat wajah Winda. Aku pun tidur tidak dengan membelakanginya, dan ketika ku balik badan, pas Winda sedang tertidur menghadapku.

            Nafasku naik turun melihatnya. Nafsuku seperti naik melihat bibirnya yang begitu merekah. Otak ku terus mencoba berpikir positif ditengah badai negatif menyerangku. Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diriku. Kudekatkan bibirku ke bibirnya. Makin dekat dan akhirnya. Manis. Itu yang kurasakan saat aku menyentuh bibirnya, begitu sadar manis itu terasa aku langsung balik badan, dan berusaha tidur dan melupakan yang terjadi. Aku harus menahannya.

………..

            “Kenapa tadi malam kamu menciumku?”

            “Ha?” jawabku sambil mengucek mataku. Aku belum terbangun sempurna, namun pertanyaan itu tiba-tiba Winda lontarkan

            “Kenapa tadi malam kamu menciumku?” Diulanginya pertanyaan tadi.

            “Jadi…”

            Belum selesai aku berbicara, bibirku sudah disumpal bibirnya dan pagi itu sebelum aku terbangun sempurna, ternyata Winda telah membuatku bangun seangun-bangunnya, tak terkecuali yang itu. Pagi, sebelum ia pergi meninggalkanku karena ini hari ketiga, Winda benar-benar memberi hadiah untuk ku.

………….

            Setelah hadiah yang Winda berikan sebelum dia meninggalkanku. Aku tidak menyangka tidak bertemu Winda lagi hampir 3 tahun , dan saat bertemu lagi ternyata Winda sudah menjadi hantu. Aku agak menyesalkan mengapa Winda menjadi hantu. Awal petemuan dengan hantu Winda aku cukup terkejut dan ngeri, saat itu aku masih ingat malam-malam. Kamarku terasa panas. Panas sekali. Aku pun melepas baju ku. Kipas angin ku pun juga sudah ku arahkan ke badanku, namun tetap saja panas. Sampai suatu ketika ada yang seperti meniup angin dileherku. Aku merinding, namun tetap saja tidak bergersk, sampai akhirnya aku merasa dipeluk, dan suara tangisan itu nyata. Aku merasa takut dan rasanya enggan untuk berbalik. Sampai yang memelukku berkata:

            “Aku Winda”

            “Tolong lepaskan tali tambang ini”

            Aku pun mendelik melihat yang menangis benar-benar Winda dengan paras yang berbeda, mata mendelik dan leher terikat oleh tali tambang. Aku berusaha untuk tidak takut, tapi tetap saja aku merasa ngeri, sampai aku berani, bertanya kepadanya, bagaimana bisa seperti ini, lalu dia mau menjawab asalkan ia dibelikan jus alpokat campur jus jeruk di Senjau Gurau.

            Itulah mengapa aku bisa dianggap gila oleh orang-orang disini. Mungkin mereka tidak bisa melihat apa yang aku lihat. Andai mereka bisa, pasti mereka merasakan kasihan terhadap orang yang terlilit tambang dilehernya didepanku. Aku kencan dengan Winda. Kencan dengan hantu. Di Senja Gurau lah Winda bercerita, tapi aku agak sulit memahami apa yang ia ceritaan. Karena suaranya berbeda, dan seperti nya ia menahan sakit di lehernya.

            “Aku bunuh diri”

            Itulah pengakuan Wnda mengapa ia bisa terlilit tali tambang dilehernya.

            “Laki-laki anak pemilik rumah sakit itu membunuh ibu dan bapak ku”

            Aku hanya terdiam melihat wanita yang bola matanya hampir keluar itu terus berusaha  bercerita ditengah leher yang terlilit tali tambang.

            “Setelah aku pamit dari kamu, aku pergi menemui laki-laki itu, dan ku bilang aku tidak bisa menikah dengan dia, lalu keesokan harinya ku temui Bapak dan Ibuku mati dengan kepala terpenggal, dan dengan senyum yang tidak aku suka, laki-laki itu bilang, aku akan dibunuhnya juga”

            Aku bergidik ngeri, mendengarkan cerita Winda.

            “Terus laki-laki itu mendekat, dan sudah menjabak rambutku, sebelum dia menebas leherku, ku tusuk duluan dia dengan pisau yang ku bawa, dia tidak menyadari aku menyembunyikan pisau di balik punggungku”

            “Dia merintih kesakitan, sampai akhirnya aku melihat dengan kepalaku sendiri dia sudah tidak bergerak lagi”

            “Aku seorang pembunuh dan aku tidak mau dipenjara”

            Winda menangis, dan saat itu juga saat aku hendak mengelus pundaknya, namun tiba-tiba mata Winda terlepas dan masuk ke jus alpokat csmpur jus jeruk miliknya. Aku hampir muntah melihat bola matanya mengambang di jus itu. Lalu dengan mata satu saja, ia melanjutkan ceritanya.

            “Saat itu aku panik, aku tidak tau harus bagaimana, akhirnya aku ambil tali tambang dan mati tergantung”

            “Ku kira setelah mati, aku bahagia, tapi, ikatan tambang ini tidak bisa dilepas”

            Winda menangis lagi, dan tangisannya itu mengingatkan ku dihari kemarin di Senja Gurau, dimana hantu ini belum mau cerita dan lebih memilih menangis terlebih dahulu baru cerita dihari ini.  

            “Terimakasih, sudah mendengarkan ku, aku jadi lega”

            Aku hanya mengangguk saja.

            “Aku tidak akan mengganggumu lagi, sekali lagi terimakasih, maaf sudah membuatmu mu terlihat aneh didepan orang-orang dikafe ini selama dua hari” Aku hanya mengangguk saja. Kemudian Winda beranjak pergi. Namun sebelum bergi, Winda berkata lagi.

            “Kamu dulu tanya mengapa aku suka jus alpokat campur jus jeruk, alasannya karena laki-laki yang ku bunuh, calon suamiku suka minuman itu, dan aku mencoba untuk menyukai minumannya, tapi aku tidak bisa, aku benar-benar tidak menyukainya, bahkan setelah aku mati pun aku tetap tidak suka minuman itu”

            “Sama satu lagi, mengapa aku memilih kafe ini untuk bercerita. Karena kafe ini ada namanya senjanya, andai kamu tau, aku bertemu kamu, saat senja, oang tuaku mati saat senja, dan aku menjadi pembunuh saat senja, dan aku mati pn saat senja, jadi aku menyukai senja”

            Winda tersenyum, dan mata satu lagi terjatuh dilantai.

………………..

            Aku tidak mau mengingat-ngingatnya lagi. Kencan dengan hantu. Ya walaupun hantu itulah yang telah mengambil keperjakaanku dulu. Tapi tetap saja ia hantu. Mengerikan. Aku pun hampir dibuatnya muntah, bahkan sampai sekarang. Aku bejalan menuju mobil dengan terhuyung-huyung. Sesampai dimobil aku memilih untuk menyalakan musik dengan genre keras, supaya bisa mengembalikan moodku. Setelah ku nyalakan, tiba-tiba mobilku tersa panas.

            “Crek….crek…crek”

            Tiba-tiba saja pintu dimobilku terkunci semua dan ku kunci, dan tiupan angin seperti terasa di leherku, lalu sontak aku berbicara.

            “Winda?”

            “Bukan”

            “Kamu ada apa dengan Winda?”

            Suara berat itu membuatku yakin. Aku akan segera menyusul Winda saat itu, karena setelah ku lihat kaca mobilku, ku lihat ada orang dengan kepala terputus sedang duduk di jok belakang mobilku.

……………….

            Senja Gurau.

            Aku masih ingat namaku senja gurau. Banyak orang yang menjadikanku kafe favorit, terutama saat senja. Tapi untuk saat ini, banyak yang membenciku saat senja. Kaena tiap orang melintasi ku setiap senja, pasti akan menghilang tiba-tiba. Hal itu karena aku telah dihuni oleh beberapa hal ghaib. Hal itu terjadi setelah seminggu kematian lelaki aneh yang dulu berbicara sendiri di kafe. Setelah seminggu kematiannya, seluruh pegawai mati misterius, dan itu terjadi saat senja. Pemilik kafe yang merasa ketakutan pun akhirnya memilih  menutup Senja Gurau, sehingga menjadikanku tak terurus sampai sekarang. Aku menjadi kotor dan banyak ditumbuhi rumput-rumput liar. Ada satu yang sangat menggangguku. Ada tato dibagian tubuhku, yang berwarna merah yang bertuliskan:

            “Karena senja adalah waktu terbaik untuk membunuh”

            Dan apabila ada orang yang berani menghapusnya, mereka akan dibunuh tiga orang. Orang pertama ialah wanita dengan lilitan tambang dilehernya, lalu orang kedua ialah orang tanpa kepala, dan orang ketiga ialah orang yang kepalanya terputar 180 derajat. Ini nyata, dan pernah kejadian, ada orang yang pernah mencoba menghapus tulisan itu, dan seketika ia hilang, dan keesokan harinya ia ditemukan termutilasi menjadi 5 bagian sesuai jumlah huruf yang ada di kata senja.

            “Senja sangat cocok untuk membunuh”

            “Ya ya ya, senja”

            Harapanku sederhana sekarang, ada bencana besar, entah tsunami atau gempa bumi, yang bisa menghancurkanku, karena dengan aku hancur, aku tidak perlu lagi mendengar suara orang menghilang senja dan pastinya tidak perlu lagi melihat orang terlilit, kepala putus ataupun kepala terputar.

            Aku tidak tahan.

            Tolong.